nowgosl

  • 2024-10-08 04:06:04 Source:nowgosl

    Browse(21)

nowgosl,mlbb 4d slot,nowgosl

Jakarta, CNBC Indonesia- Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali mengingatkan potensi bahaya yang ditimbulkan perubahan iklim. Dia meminta agar perubahan iklim mendapat perhatian serius.

Dia pun mengungkapkan fakta kenaikan muka air laut. Sebagai dampak pemanasan global yang ditimbulkan perubahan iklim.

Dwikorita mengatakan, perubahan iklim menjadi pekerjaan rumah masyarakat global, tanpa batas teritorial (borderless) antar negara. Hal itu disampaikannya dalam High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships yang diselenggarakan oleh Bappenas di Bali, Rabu (4/9/2024).

Dia pun mendorong penguatan kerja sama kawasan selatan-selatan dalam menghadapi perubahan iklim. Sebab, imbuh dia, kolaborasi negara di kawasan selatan-selatan, khususnya dalam pengembangan kapasitas, mutlak dilakukan untuk membangun ketahanan bersama.

"Perubahan iklim harus mendapat perhatian serius karena mengancam keberlangsungan kehidupan umat manusia. Kerja sama negara selatan-selatan penting untuk dilakukan untuk membangun ketahanan bersama," kata Dwikorita dalam keterangan di situs resmi, dikutip Kamis (5/9/2024).

Baca:
Misi Utama Paus Datang ke RI Cs: Hindari "Kiamat"

"Karenanya, kolaborasi antar negara menjadi sebuah keharusan. Kolaborasi dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan melalui penelitian dan pengembangan pendidikan serta peningkatan layanan iklim yang berkelanjutan," tambahnya.

Hal itu, ujar Dwikorita, karena kesenjangan dalam teknologi dan literasi masyarakat antar negara, khususnya di kawasan selatan-selatan, masih sangat lebar.

"Tidak sedikit masyarakat dunia yang tidak peduli dengan dampak perubahan iklim akibat minimnya literasi mengenai perubahan iklim itu sendiri, termasuk di Indonesia," tukasnya.
Akibatnya, perubahan iklim yang kerap didengungkan hanya dianggap angin lalu atau sebatas kampanye tanpa aksi nyata. Keberadaan sistem peringatan dini yang dibangun pun menjadi kurang optimal.

"Kerja sama dan kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan semua negara terhadap perubahan iklim sebagai respon dan penyikapan terhadap situasi bumi kekinian," cetusnya.

Baca:
Penampakan Sebuah Desa Tiba-Tiba Muncul Setelah 45 Tahun Tenggelam

Bumi Panas Mendidih, Es Kutub Mencair

Selain kerja sama selatan-selatan, Dwikorita menekankan pentingnya pengawasan berkelanjutan dan terstandardisasi dalam sistem pengukuran peningkatan permukaan air laut.

"Saat ini kenaikan suhu global sudah 1,45 derajat di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900. Ini berdampak pada akselerasi kenaikan muka laut yang terus menerus naik dari dekade ke dekade," ujarnya.

"Rata-rata kenaikan muka air laut global berada di level 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002. Lalu menjadi 4,4 mm per tahun antara 2013 dan 2021 atau meningkat dua kali lipat di antara periode tersebut," paparnya.

Kondisi itu, kata dia, dipicu pencairan es di kutub.

"Realitas ini sebagian besar disebabkan oleh hilangnya es di kutub yang dipercepat oleh melelehnya gletser dan lapisan es lautan," jelasnya.

"Jadi tidak berlebihan jika saya menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang sangat serius dan juga harus direspon secara serius," tegas Dwikorita.

Baca:
Tanda Kiamat Sudah Dekat Muncul di Balik Lapisan Es
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati  dalam High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships yang diselenggarakan oleh Bappenas di Bali, Rabu (4/9/2024). (Dok. BMKG)Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships yang diselenggarakan oleh Bappenas di Bali, Rabu (4/9/2024). (Dok. BMKG)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships yang diselenggarakan oleh Bappenas di Bali, Rabu (4/9/2024). (Dok. BMKG)
Baca:
BMKG Ingatkan Ancaman Petaka Baru, Es Puncak Jaya Mau Punah

Dia menuturkan, BMKG telah melakukan kerja sama dengan negara-negara kepulauan di Kawasan Pasifik sejak tahun 2017 untuk menyikapi peningkatan muka air laut tersebut.

Kerja sama tersebut di antaranya dilakukan dengan Papua Nugini, Tonga, dan Kepulauan Solomon. Termasuk kerja sama pelatihan, mencakup prakiraan cuaca numerik, tinggi gelombang, monitoring kekeringan, dan program lainnya terkait keamanan wilayah pesisir laut, penilaian risiko, dan sistem peringatan dini.

"Mengingat, realitas bumi kekinian mengancam negara-negara kecil kepulauan," katanya.

Dia pun menekankan pentingnya pendekatan teknologi yang terbaru atau mutakhir.

"Selanjutnya, sinergi bersama melalui pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir tanpa mengabaikan kearifan lokal. Dengan demikian, ancaman bencana dapat diminimalisir dan diantisipasi semaksimal mungkin," pungkas Dwikorita.


(dce/dce) Saksikan video di bawah ini:

Video: Musim Hujan Dimulai, BMKG Waspadai Potensi Hujan Es

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Ada Ancaman Mengintai, BMKG Beri Peringatan Ini kepada Petani RI

Previous article:download domino speeder terbaru tanpa password

Next article:xlslot888