ntc22 login

  • 2024-10-08 06:03:41 Source:ntc22 login

    Browse(5977)

ntc22 login,tempat baju olahraga terdekat,ntc22 loginJakarta, CNN Indonesia--

Daunnya berwarna hijau, cenderung gelap namun agak mengilap. Bentuknya lebar, tapi juga memanjang dan melancip pada bagian ujungnya. Teksturnya kasar, kaku seperti kertas. Mirip daun jambu biji, hanya saja sedikit lebih besar dari telapak tangan orang dewasa.

Begitulah daun kratom rupanya.

Tumbuhan endemik dari Asia Tenggaraini hidup liar di Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, hingga Papua Nugini. Di Indonesia, pohon kratom tumbuh subur terutama di sejumlah daerah di Kalimantan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak semua orang tahu kratom. Sampai akhirnya daun itu kini menjelma jadi tumbuhan polemis. Sejumlah negara melabeli kratom sebagai tanaman psikotropika di tengah perkembangan riset atas pemanfaatan daun tersebut. Aparat hukum di Indonesia bahkan berniat menjadikannya sebagai tumbuhan narkotika.

Polemik ini pun sampai ke meja Istana lantaran kratom bukan hanya jadi perdebatan urusan medis, tapi juga telah terbukti memberikan dampak perekonomian hingga menjadi komoditas ekspor yang menggiurkan.

Presiden Joko Widodo sampai harus mengumpulkan jajaran menteri untuk membenahi sengkarut legalisasi pemanfaatan dan bisnis komoditas kratom.

"Presiden menekankan yang perlu dioptimalisasi adalah asas manfaat kratom itu," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Jokowi tentang legalisasi kratom di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6).

Lihat Juga :
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Legalisasi Kratom
INSERTGRAFIS: Taksonomi Pohon Kratom(CNN Indonesia/ Agder Maulana)

Keberadaan kratom pertama kali dicatat oleh botanis Belanda Pieter Willem Korthal (1807- 1892). Ia menggolongkan kratom ke dalam marga mitragyna, bagian dari suku rubiaceaeatau suku kopi-kopian. Kratom sejak itu dinamai sebagai mitragyna speciosa.

Peneliti Balitbang Kementerian Kesehatan Slamet Wahyono dalam laporan jurnal Kratom, Prospek Kesehatan dan Sosial Ekonomimencatat pemanfaatan daun itu pertama kali didokumentasikan pada 1836 sebagai pengganti opium di Malaysia.

Memasuki 1900, ditemukan literatur ilmiah bahwa daun kratom dapat meringankan gejala putus obat golongan opiat. Secara tradisional kratom digunakan untuk mengatasi malaria, batuk, hipertensi, diare, stress, menurunkan demam, dan meredakan nyeri.

Sementara dalam budaya tradisional Thailand, daun kratom menjadi jamuan teh saat menerima tamu serta bagian dari ritual pemujaan leluhur dan dewa.


Kratom sudah puluhan tahun digunakan oleh para pekerja kasar, petani, dan buruh sebagai stimulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan toleransi terhadap kondisi iklim yang panas dan lembab di Malaysia dan Thailand.

Di Indonesia, daun ini tercatat digunakan secara tradisional di Kalimantan sejak satu abad terakhir. Pemanfaatannya telah menjadi bagian dari tatanan sosial di daerah tersebut selama ratusan tahun.

Data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu tahun 2015 mengungkap kratom digunakan oleh sejumlah etnis. Kratom dikenal dengan nama bengkal dan digunakan sebagai penghalus kulit oleh etnis Bentian, Kalimantan Timur.

Sementara etnis Segai dan Berau, menjadikan kratom sebagai salah satu komponen dalam ramuan perawatan nifas, penghilang capek, dan pegal linu. Mereka menyebut kratom sebagai attiap.

Kementerian Kesehatan dan Universitas Tanjungpura dalam penelitiannya pada 2016 mendapati etnis Dayak Kantu telah menjadikan kratom sebagai tanaman istimewa bagian dari ritual magis pengobatan untuk penyembuhan berbagai penyakit.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Pohon kratom tumbuh liar di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Aceh, Riau, Papua, dan terutama di rimba Kalimantan.

Kratom paling banyak tersebar tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan Barat, seperti Kabupaten Kapuas Hulu, Melawi, Ketapang, Sekadau, Sintang, Mempawah, Kubu Raya, hingga Sanggau. Pohonnya besar-besar bisa mencapai 30 meter.

Kayunya yang kuat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk membuat mebel dan membangun rumah. Sementara daunnya dikonsumsi secara tradisional oleh masyarakat dengan cara dikunyah maupun direbus seperti teh atau kopi.

Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri) mencatat geliat industri masyarakat pada tanaman ini terjadi pada awal 2007 setelah ada pengepul dari luar daerah datang ke Kapuas Hulu mencari daun kratom untuk kebutuhan penjualan ekspor. Warga sejak itu belajar untuk berbudidaya di lahan-lahan dekat permukiman.

Budi daya kratom di tepi Sungai Kapuas pun mengalami peningkatan signifikan pada 2012, seiring lonjakan permintaan ekspor dari sejumlah negara, terutama Amerika Serikat.

Kratom pada akhirnya menjadi mata pencarian, terutama bagi masyarakat Kapuas Hulu. Kebanyakan dari mereka adalah petani karet yang bertahun merugi imbas harga jual karet yang anjlok.

Dinas Pertanian dan Pangan mencatat total pohon kratom di Kapuas Hulu mencapai 49.391.092,64 atau 49,4 juta batang yang tersebar di 23 kecamatan. Sementara jumlah petani kratom sekitar 18.392 orang dengan luas lahan garapan 11.384 hektare.

Kratom diekspor dalam bentuk bubuk atau tepung. Prosesnya, daun yang sudah kering hasil jemuran dihancurkan hingga menjadi remahan kasar. Setelah itu remahan digiling lagi hingga berubah menjadi bubuk halus.

Bentuk bubuk kratom ini serupa matcha. Warnanya hijau. Ada pula yang berwarna cokelat kemerahan dan hijau muda. Harga bubuk kratom ekspor saat ini mulai dari kisaran US$7 sampai US$20 per kg. Tergantung jumlah yang dipesan dan jalur pengirimannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor kratom pada 2023 mencapai puncaknya dengan nilai transaksi sebesar US$16,6 juta dan volume 7.695,07 ton.

AS menjadi negara nomor satu yang mengimpor bubuk daun kratom dari Indonesia. Sepanjang 2023 lalu totalnya mencapai 4.702,6 ton dengan nilai US$9,1 juta.

Sementara untuk pasar Eropa, Ceko menjadi negara paling banyak mengimpor kratom dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mencapai 145,6 ton senilai US$1,3 juta pada 2022.

Lihat Juga :
Kepala BNN Marthinus Kaji Manfaat dan Mudarat Kratom Bagi Kesehatan

Ribuan petani terancam pidana

Polemik kratom mengemuka setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) menyuarakan rencana untuk memasukkan kratom ke dalam narkotika golongan 1. Ribuan masyarakat petani Kalimantan yang menanam hingga mengonsumsi kratom bisa terancam hukuman pidana jika aturan tersebut disahkan.

BNN sejak 2019 telah mengampanyekan kratom masuk dalam narkotika golongan psikotropika layaknya ganja. BNN juga telah mengeluarkan sikap resmi lembaga dalam sebuah surat yang dikirim ke sejumlah instansi terkait. Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala BNN 2018-2020 Heru Winarko.

Dalam suratnya, BNN menyebut kratom mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Pada dosis rendah mempunyai efek stimulan dan dosis tinggi dapat memiliki efek sedatif-narkotika.

Selain itu, senyawa 7-hidroksimitraginin dalam kratom diklaim memiliki efek 13 kali kekuatan morfin yang menimbulkan adiksi, depresi pernapasan, hingga kematian.

Saat ini BNN mencatat terdapat 93 jenis narkotika dan obat berbahaya (narkoba) baru alias NPS. Sebanyak 90 jenis telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 dan 31 Tahun 2023. Sementara tiga jenis lain belum dimasukkan, yakni ketamin, alphapropilaminopentiofenon, dan kratom atau mitragyna speciosa.

BNN pun akhirnya meminta masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau melakukan aktivitas perdagangan kratom selama masa riset yang telah diinstruksikan oleh Presiden Jokowi, kecuali untuk kepentingan penelitian.

"Kratom memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh, terlebih jika digunakan dengan dosis tinggi," ujar Kepala BNN Komjen Marthinus Hukom di Jakarta, Jumat (21/6).

Infografis - Data Ekspor Kratom IndonesiaFoto: CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani
Infografis - Data Ekspor Kratom Indonesia

Jokowi telah meminta Kementerian Kesehatan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) melanjutkan riset manfaat medis daun kratom, sementara Kementerian Perdagangan membenahi regulasi tata kelola niaga, dan Kementerian Pertanian memformulasikan standar kualitas dan kontinuitas produksi kratom sebagai syarat utama peningkatan ekspor dan kesejahteraan petani.

BRIN sendiri telah menyelesaikan penelitian awal terkait kratom yang berjalan sejak pertengahan 2022 hingga akhir Agustus 2023. Hasil penelitian tersebut sudah dikirim ke Kantor Staf Presiden (KSP) dan didistribusikan ke kementerian/ lembaga terkait.

BRIN mengakui kratom punya sifat analgesik (pereda nyeri) yang cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan morfin. Morfin memang memiliki tingkat analgesik yang lebih tinggi dari kratom, tapi kratom punya durasi menghilangkan rasa sakit yang lebih lama.

Namun begitu, kratom dikhawatirkan memiliki efek psikotropika jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, BRIN masih butuh penelitian lebih lanjut terkait dosis aman penggunaan kratom serta pengujian apakah kratom bisa menjadi obat untuk pasien ketergantungan obat.

Kementerian Kesehatan sementara itu terus memantau perkembangan terutama terkait efek samping di masyarakat yang mengonsumsi kratom. Sejauh ini, Kemenkes belum menerima laporan efek fatal atas konsumsi kratom.

Keberadaan kratom yang sudah mengakar terutama di rimba Kalimantan pada akhirnya menjadi polemik yang masih dicari jalan keluarnya.

Hasil rapat Istana menyepakati Kemenkes, BRIN, dan BPOM melanjutkan riset tentang keamanan kratom. Harapannya, riset rampung pada Agustus 2024, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan status tanaman dan pematangan regulasi tata kelola niaga komoditas kratom.

Previous article:boya bet 88

Next article:monza inter milan