seribu mimpi 28

seribu mimpi 28,kantorbola77,seribu mimpi 28

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 diperkirakan cukup menantang di tengah berbagai kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. Kondisi tersebut akan menjadi pekerjaan rumah berat bagi Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang akan memimpin Indonesia pada Oktober 2024 atau persis setelah kuartal III berakhir.

Sebagai informasi, data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2024 akan dirilis pada 5 November mendatang, yang mana hal tersebut merupakan dua pekan pasca presiden terpilih, Prabowo Subianto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029.

Kekhawatiran rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bukan tanpa alasan. Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan ekonomi Indonesia justru memburuk pada kuartal II-2024 atau Juli-September 2024 mulai dari melandainya Indeks Harga Konsumen (IHK), menurunnya daya beli hingga anjloknya PMI Manufaktur.

Mmeburuknya data-data ekonomi ini membuat sejumlah analis memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah 5%. Jika proyeksi ini menjadi kenyataan maka hal itu akan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2023. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% (year on year/yoy)pada kuartal II-2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan (month to month/mtm) yang tercatat deflasi empat bulan beruntun atau sejak Mei 2024.

BPS menegaskan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03% mtm pada Agustus 2024. Deflasi ini dipicu oleh penurunan harga pangan bergejolak antara lain bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras. Deflasi ini memperpanjang catatan buruk menjadi empat bulan beruntun atau sejak Mei 2024.

Deflasi empat bulan beruntun secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi empat bulan beruntun dalam sejarah panjang Indonesia hanya terjadi dua kali dalam kurun waktu 45 tahun (1979-2024) yakni pada 1999 dan tahun ini. Anomali besar ini jelas memunculkan tanda tanya.

Deflasi ini juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan beruntun semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan deflasi yang terjadi ini terjadi akibat dari sisi penawaran, jika hal ini kemudian diduga berdampak pada pendapatan masyarakat di subsektor hortikultura, peternakan, dan lainnya, maka BPS perlu mengkaji lebih lanjut untuk membuktikan asumsi tersebut.

Adapun, jika terjadi tekanan pada daya beli, Pudji menuturkan hal ini akan tampak pada konsumsi non-pangan. Rumah tangga pasti akan menahan konsumsi non-makanan.

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menyampaikan bahwa konsumsi masyarakat masih menggeliat yang dibuktikan dengan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) serta survei penjualan ritel dari Bank Indonesia (BI) yang masih terlihat tumbuh.

Selain itu, konsumsi untuk pembelian barang tahan lama (durablegoods) di kuartal III-2024 diperkirakan mengalami kenaikan, baik dari data penjualan motor dan mobil kondisinya membaik.

Oleh karena itu, ia memperkirakan pada kuartal III-2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh sebesar 5,03% year on year/yoy.

Selain itu, Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2024 masih di level 5% karena beberapa indikasi konsumsi dan sales berbalik arah naik.

Baca:
Alarm RI Bunyi! Siap-Siap Ekonomi Tumbuh di Bawah 5%

 

Namun berbeda halnya dengan Myrdal dan Hosianna, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menyatakan early estimationpertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2024 sebesar 4,9% yoy.

Lebih lanjut, dalam laporan 'CPIInflation: A global disinflation morass',BCA menyimpulkan bahwa tidak ada katalis yang mencolok di semester kedua 2024, kecuali Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada November. Bahkan, kepentingan politik Pilkada ini dinilai tidak setinggi Pemilihan Umum (Pemilu) pada Februari lalu.

"Untuk saat ini, proyeksi pertumbuhan kami kemungkinan berdiri pada dasar yang cukup sempit, yaitu pariwisata, manufaktur yang padat modal, dan proyek sektor publik, sementara secara global, segalanya akan bergantung pada potensi stimulus dari sisi permintaan di China," dalam laporan BCA.

Senada dengan David, Ekonom Ciptadana Sekuritas Asia, Renno Prawira mengutarakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 berkisar 4,9-5,1%. Renno menegaskan, potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% untuk kuartal III-2024 tak lepas dari ekspor yang tampak melambat belakangan ini.

"Konsumsi diperkirakan menjadi kontributor utama pertumbuhan GDP di tengah penurunan harga-harga pangan. Namun ekspor diperkirakan melambat karena perlambatan ekonomi global," papar Renno.

Daya Beli Konsumen Jadi Main Driver Pertumbuhan Ekonomi RI

Secara historis, pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejak kuartal I-2015 hingga kuartal II-2024, rata distribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 55,33% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Oleh karena itu, ketika konsumsi rumah tangga terpantau mengalami kemunduran, maka pertumbuhan ekonomi pun berpotensi melandai.

Begitu pula sebaliknya, ketika porsi konsumsi rumah tangga mengecil, maka pertumbuhan PDB semakin rendah.

Economist Team Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam laporan 'Inflasi Agustus 2024' menunjukkan bahwa pelemahan daya beli disebabkan oleh memburuknya pasar tenaga kerja nasional, tercermin dari lowongan kerja yang terus menurun (8,5 ribu) dibandingkan bulan sebelumnya (14,0 ribu). Hal ini disebabkan oleh aktivitas manufaktur nasional yang semakin memburuk dan kontraktif (48,9).

Tidak hanya soal tenaga kerja, inflasi inti juga mengalami tren yang cenderung melandai jika dilihat dari awal 2023.

Untuk diketahui, inflasi inti tercatat sebesar 2,02% yoy di Agustus 2024 atau sedikit meningkat dibandingkan bulan Juli 2024 (1,95% yoy), ditopang inflasi harga emas dan biaya pendidikan.

"Jika dilihat tren jangka panjangnya, inflasi inti masih dalam tren penurunan, mengindikasikan daya beli konsumen masih tertekan dan melambat,' dalam laporan BRI.

Sebagai informasi, inflasi inti adalah komponen inflasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap output riil dalam jangka menengah-panjang.

Inflasi inti umumnya dipengaruhi oleh Interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Previous article:syair sdy sentana

Next article:jepe138 rtp