net 123 lagu

net 123 lagu,dolantogel rtp,net 123 lagu

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengejutkan dunia dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (19/9/2024).

Pemangkasan sebesar 50 bps lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun.

The Fed dalam keterangannya menjelaskan pemangkasan suku bunga dilakukan karena meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Sebagai catatan, inflasi AS jauh melandai ke 2,5% (year on year/yoy) pada Agustus 2024, dari 3,7% pada Agustus 2023. Tingkat pengangguran mencapai 4,2% pada Agustus 2023, dari 3,8% pada Agustus 2023. Angka pengangguran bahkan sempat menyentuh 4,3% pada Juli 2024 yang merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2021.

Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers menjelaskan pemangkasan suku bunga 50 bps mencerminkan keyakinan The Fed jika kebijakan tersebut bisa membantu pasar tenaga kerja tetapi tetap membawa inflasi bergerak menuju 2% secara berkelanjutan.

Powell mengatakan target The Fed saat ini adalah mengembalikan stabilitas harga dengan menjaga tingkat pengangguran tetap terkendali.

"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami mengembalikan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran," kata Powell dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC International.

Powell menjelaskan mayoritas anggota Federal Open Market Committee (FOMC) mendukung pemangkasan suku bunga meskipun ada yang tidak sepakat dengan pemotongan 50 bps.

"Dot plot" yang berisikan pandangan 19 anggota FOMC juga menunjukkan bahwa 10 dari 19 menginginkan pemangkasan 50 bps lagi di sisa tahun.

Anggota FOMC melihat suku bunga acuan The Fed ada di 4,4% pada akhir tahun ini, setara dengan 4,25%-4,5%. The Fed akan menggelar pertemuan FOMC kembali pada 7 November dan 18 Desember 2024.

Sementara itu untuk 2025, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,4%. Angka ini mengindikasikan adanya pemotongan 100 bps atau 1%.
Pada 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9% atau dipangkas 50 bps.

Baca:
BI Rate Dipangkas, Emiten Sektor Ini Longsor dan Jadi Beban IHSG

Powell menyebut pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps adalah hasil dari kesabaran menunggu turunnya inflasi.

"Kesabaran itu benar-benar membuahkan hasil dalam bentuk kepercayaan kami bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan di bawah 2%, jadi itu yang memungkinkan kami mengambil langkah besar hari ini," ujar Powell.

Namun, dia mengingatkan pemangkasan suku bunga 50 bps bukanlah "new phase" dan akan menjadi tradisi ke depan. Kebijakan suku bunga mendatang akan tetap dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan semua indikator ekonomi.

Pengangguran Jadi Kekhawatiran The Fed, Sejarah Pemangkasan 50 bps
Powell menjelaskan meningkatnya pengangguran menjadi salah satu faktor dari pemangkasan suku bunga 50 bps. Pengangguran AS yang sempat terbang ke 4,3% pada Juli 2024.

Angka ini melesat bila dibandingkan sebelum era pengetatan atau Maret 2022 sebesar 3,6%. Pengangguran yang melambung ini menjadi alasan kuat The Fed langsung memangkas suku bunga 50 bps dan bukan 25 bps.

"Jelas penciptaan lapangan kerja telah menurun selama beberapa bulan terakhir, dan ini perlu diperhatikan," katanya.

Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin jarang terjadi dalam sejarah The Fed.
Pada periode 1994-2024 atau dalam 30 tahun terakhir, The Fed hanya memangkas suku bunga 50 bps atau lebih dalam kondisi darurat atau krisis yakni pada 2001 saat terjadi krisis bubble internet atau gelembung dot-com.

Pemangkasan 50 bps dan lebih juga dilakukan saat ekonomi AS dilanda krisis Subprime Mortgage pada 2007-2008. Pemangkasan sebesar 150 bps dilakukan pada Maret 2020 saat seluruh dunia dihantam pandemi Covid-19.

Respon Pasar

Indeks Dow Jones sempat melambung 375 poin beberapa saat setelah pengumuman. Namun, menjelang penutupan pasar saham kembali melandai. 

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,25% ke 41.503,1 sementara indeks Nasdaq melandai 0,31% ke 17.573,3 dan indeks S&P 500 turun 0,29% ke 5.618,26.

Keputusan The Fed juga sempat menerbangkan harga emas ke rekor tertinggi baru di $2.570,70 per ons troy meskipun melemah lagi.

Presiden AS Joe Biden menyambut positif kebijakan The Fed. Dalam akun X @POTUS, Biden mengatakan pemangkasan suku bunga menjadi momen penting.

"Kita baru saja mencapai momen penting: Inflasi dan suku bunga menurun sementara ekonomi tetap kuat," tulis Biden di X tak lama setelah Federal Reserve memangkas suku bunga.

"Para kritikus mengatakan ini tidak mungkin terjadi-tetapi kebijakan kami menurunkan biaya dan menciptakan lapangan kerja," tulis Biden.

Baca:
BI Rate Turun ke 6%, Rupiah Ditutup Stabil di Rp15.330/US$

Namun, tak semua menyambut positif. Global X mengatakan pemotongan The Fed mungkin terlalu agresif, tetapi seharusnya mendukung aset berisiko. Menurut mereka, jika The Fed ingin memotong suku bunga tanpa menciptakan gelembung aset maka penurunan 50 bps mungkin terlalu agresif,.

"Tidak banyak indikasi bahwa ekonomi sedang melambat.Pemotongan dalam jumlah besar mungkin tidak diperlukan walaupun itu seharusnya mendukung alokasi aset berisiko." kata Scott Helfstein, kepala strategi investasi di perusahaan dana yang diperdagangkan di bursa Global X, kepada CNBC International.


Ringkasan Proyeksi Ekonomi (Summary of Economic Projections/SEP).

Selain mengumumkan kebijakan suku bunga, The Fed juga merilis Ringkasan Proyeksi Ekonomi (Summary of Economic Projections/SEP). Dokumen SEP terbaru memperkirakan inflasi pengeluaran konsumsi pribadi warga AS atau PCE turun menjadi 2,3% pada akhir 2024 dan 2,1% pada akhir 2025.

Tingkat pengangguran diperkirakan akan berada di angka di 4,4% pada 2024 dan 2025. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,1% hingga 2024 dan 2% tahun depan.

Proyeksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi lebih optimis tetapi sangat negatif untuk angka pengangguran.

Pada pertemuan FOMC sebelumnya di Juni, The Fed memperkirakan inflasi inti pengeluaran pribadi warga AS atau PCE akan mencapai 2,5-2,9% pada akhir 2024.

Pertumbuhan ekonomi AS pada 2024 direvisi ke bawah menjadi 1,9-2,3% untuk 2024. Angka pengangguran diperkirakan ada di 4,0-4,1% pada 2024. 

CNBC INDONSIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Previous article:alien ungu

Next article:2d kadal