ngamen jitu vip

ngamen jitu vip,statistik napoli vs verona,ngamen jitu vip

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrahman menyebut dana untuk industri sawit semakin besar. Sebagai contoh, kebutuhan sawit untuk B35 mencapai 13,4 juta kiloliter (KL), sementara untuk B40 kebutuhannya mencapai 16 juta KL.

"Ke depan kebutuhan dana itu semakin besar, contohnya biodiesel. Kalau untuk B40 itu kira-kira volumenya bisa sampai 16 juta KL, karena sekarang B35 13,4 juta KL, dikalikan dengan selisih harga yang harus kita tanggung, ini kan budget-nya harus naik," kata Eddy dalam acara peluncuran buku 'Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan', Kamis (5/9/2024).

Baca:
Bos Toyota Beri Pengakuan Mengejutkan Soal Program Biodiesel B40

Karena itu, ia mengaku kesulitan dan tidak mampu membiayai program-program tersebut. Eddy menjelaskan bahwa selama ini BPDPKS mendanai program-program industri sawit, karena pada 2021 lalu harga sawit tinggi, hingga mengalami windfall tax.

Karena itu, penerimaan BPDPKS akhirnya bisa mencukupi biaya dari program-program tersebut sampai dengan saat ini. Sedangkan untuk penerimaan BPDPKS tahun 2024 ini, berdasarkan proyeksinya akan berat untuk badan pengelola dana sawit itu terus membiayai program yang ada kedepannya.

Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Kami melakukan proyeksi, di 2024 ini penerimaan BPDPKS itu sudah tidak bisa lagi membiayai program, sehingga program-program itu bisa berjalan karena pada 2021 mengalami windfall, harga sawit tinggi, kemudian tarifnya progresif. Windfall itu anugerah sehingga punya reserve yang cukup besar, tapi reserve ini digerogoti terus," jelasnya.

Lebih lanjut, ia pun menyoroti program solar sawit B40 yang akan mulai direalisasikan pada 2025 mendatang. Katanya, program tersebut bisa mengambil dana hingga Rp2 triliun. Hal itu tentunya akan berdampak kepada kemampuan keuangan BPDPKS yang semakin menurun.

Baca:
Januari 2025, RI Siap Punya Bahan Bakar Campur Sawit 40% (B40)

Untuk itu, ia mendorong agar pemerintah menerapkan carbon tax supaya menambah sumber penerimaan baru. Menurutnya, semakin tinggi keinginan untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, maka akan semakin banyak dana yang dikeluarkan.

"Kalau kita ingin menggunakan bahan bakar yang lebih green, ya kita harus bayar yang lebih besar, atau ada inovasi lain seperti penerapan carbon tax, hasilnya untuk subsidi yang green," ujarnya.


(wur) Saksikan video di bawah ini:

Video: BPDPKS Dorong Peningkatan Produktivitas Petani Swadaya

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Wih, RI Bakal Uji Coba BBM Dicampur Sawit 40% Tahun Ini

Previous article:bocoran keramat

Next article:keraton4d slot