inno388

inno388,erek penolong,inno388Jakarta, CNN Indonesia--

Presiden AS Joe Biden mengatakan tak ada ruang untuk penyebaran kebencian di kampus-kampus dan seluruh negaranya. Hal itu disampaikan menyikapi tuduhan sejumlah pihak Biden memberi ruang terhadap anti-Semit belakangan ini.

Tudingan tersebut muncul karena Biden tak kunjung buka suara menyikapi begitu banyak kampus di AS gelar unjuk rasa membela Palestina dalam satu pekan terakhir.

Lihat Juga : Biden Nilai Marak Demo Bela Palestina Tak Ubah Posisi AS ke Israel

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut disampaikan setelah Partai Republik menuduhnya bersikap lunak terhadap situasi yang mereka nilai sebagai sentimen anti-Semit di antara para pengunjuk rasa.

[Gambas:Video CNN]

Presiden Israel Isaac Herzog sebelumnya juga mengatakan universitas-universitas AS yang dilanda protes kampus "terkontaminasi oleh kebencian dan anti-Semitisme."

Di sisi lain, Biden juga sedang menghadapi tentangan luas dari partainya sendiri atas kuatnya dukungan terhadap serangan militer Israel yang mematikan hingga saat ini.

Dalam konferensi pers pertamanya terkait gelombang demo pro-Palestina di AS, Joe Biden menyatakan dukungan terhadap Israel tak akan berubah.

Ia mengatakan demo dan aksi protes atas perang yang terjadi di Gaza tidak akan membuatnya mempertimbangkan kembali posisi dan kebijakan AS terhadap Israel.

"Tidak [berubah]," jawabnya singkat.

Biden sebelumnya mengatakan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri melawan Hamas. Hal itu menyikapi gempuran brutal Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

Namun belakangan, AS menekan Israel untuk memberi ruang lebih banyak lagi terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mereka pun mendesak Israel dan Hamas untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa hari terakhir melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk memastikan kondisi di Gaza, dan tak lebih banyak lagi warga sipil yang jadi korban.

Blinken menekankan AS tidak mendukung rencana Israel untuk melakukan serangan darat ke Rafah, terutama tanpa rencana tindakan kemanusiaan dan di tengah pembahasan proposal gencatan senjata bersama negara-negara mediator.